Perekonomian Indonesia untuk saat ini cukup baik di antara para pemain di Asia. Skandal korupsi yang melanda bangsa kita memanglah cukup membrikan dampak bagi ekonomi indonesia namun pemerintahan telah bermanuver dalam hal ekonomi sehingga perbaikan dan pertumbuh ekonomi dibanding tahun lalu selalu meningkat, bahkan pemerintah sekarang bersasaran untuk tumbuh 6,8% pada akhir 2013 nanti.
Setelah satu dekade restrukturisasi bagi bank dan perusahaan, bisnis Indonesia yang menekan pengeluaran untuk pabrik dan infrastruktur baru. Investasi saat ini menyumbang hampir sepertiga dari PDB. Namun ledakan investasi yang dipimpin Indonesia kini sedikit merasakan masalah. Ekspor melemah, karena request global menurun dan harga lebih rendah untuk banyak sumber daya alam. Impor barang yang tumbuh dengan kuat. Hasilnya adalah keruntuhan dalam neraca perdagangan. Setelah surplus hampir $ 26 miliar tahun 2012.
Untuk politisi Indonesia, kembalinya defisit eksternal dan mata uang yang melemah telah menghidupkan kembali kenangan dari krisis ekonomi traumatis dari akhir 1990-an. Setaknya sebahagian dalam upaya untuk membendung arus keluar, mereka telah mempromosikan kebijakan nasionalis yang dirancang untuk mendukung perusahaan domestik.
Tahun lalu pemerintah menuntut supaya tambang negara akhirnya menjadi mayoritas sahamnya dipunyai oleh orang Indonesia. Banyak perusahaan pertambangan asing akan dipaksa untuk menjual sejumlah saham mereka. Pemerintah juga ingin menaikkan royalti yang dibayarkan oleh penambang asing. Prospek luar biasa tampak dalam industri minyak dan gas. Dan bulan lalu Amerika mengusulkan keluhan terhadap Indonesia pada Organisasi Perdagangan Dunia, mengklaim bahwasanya pengetatan aturan lisensi untuk impor pertanian telah menjadi "hambatan serius" untuk eksportir daging, buah dan sayuran.
Serta pajak konsumen Indonesia, proteksionisme mengancam untuk mengguncang kepercayaan investor asing dalam perekonomian paling besar di Asia Tenggara itu. Ini tiba pada saat yang buruk. Transaksi berjalan-defisit berarti negara membutuhkan uang asing untuk membiayai infrastruktur mulai dari jalan, pelabuhan, pembangkit listrik dan lain lain. Menurut pengamat ekonomi indonesia asalkan Indonesia tak mendorong investor asing pergi, dan dapat mempertahankan investasi tanpa menurunkan nilai mata uang. Bahkan mungkin memikat modal asing ke obligasi berdenominasi rupiah, saham dan investasi langsung kita optimis ekonomi indonesia akan tetap stabil.
Jika para politisi betul-betul ingin memperbaiki neraca ekonomi indonesia, mereka juga mesti melihat keuangan pemerintah sendiri, dan subsidi pada khususnya. Jumlah pemerintah menghabiskan pada subsidi pemakaian bahan bakar lebih dari yang kita harapkan sehingga defisit anggaran untuk tahun ini berkemungkinan bisa berlangsung. Pemotongan subsidi dan merasakan defisit anggaran lebih kecil akan menambah tabungan negara, sehingga membikin ruang untuk investasi domestik yang lebih tinggi. Memang harga bensin lebih tinggi sesudah subsidi dihapuskan juga akan mengurangi impor minyak. Hal inilah salah satu cara untuk mempertahankan keadaan ekonomi indonesia supaya lebih stabil.
Setelah satu dekade restrukturisasi bagi bank dan perusahaan, bisnis Indonesia yang menekan pengeluaran untuk pabrik dan infrastruktur baru. Investasi saat ini menyumbang hampir sepertiga dari PDB. Namun ledakan investasi yang dipimpin Indonesia kini sedikit merasakan masalah. Ekspor melemah, karena request global menurun dan harga lebih rendah untuk banyak sumber daya alam. Impor barang yang tumbuh dengan kuat. Hasilnya adalah keruntuhan dalam neraca perdagangan. Setelah surplus hampir $ 26 miliar tahun 2012.
Untuk politisi Indonesia, kembalinya defisit eksternal dan mata uang yang melemah telah menghidupkan kembali kenangan dari krisis ekonomi traumatis dari akhir 1990-an. Setaknya sebahagian dalam upaya untuk membendung arus keluar, mereka telah mempromosikan kebijakan nasionalis yang dirancang untuk mendukung perusahaan domestik.
Tahun lalu pemerintah menuntut supaya tambang negara akhirnya menjadi mayoritas sahamnya dipunyai oleh orang Indonesia. Banyak perusahaan pertambangan asing akan dipaksa untuk menjual sejumlah saham mereka. Pemerintah juga ingin menaikkan royalti yang dibayarkan oleh penambang asing. Prospek luar biasa tampak dalam industri minyak dan gas. Dan bulan lalu Amerika mengusulkan keluhan terhadap Indonesia pada Organisasi Perdagangan Dunia, mengklaim bahwasanya pengetatan aturan lisensi untuk impor pertanian telah menjadi "hambatan serius" untuk eksportir daging, buah dan sayuran.
Serta pajak konsumen Indonesia, proteksionisme mengancam untuk mengguncang kepercayaan investor asing dalam perekonomian paling besar di Asia Tenggara itu. Ini tiba pada saat yang buruk. Transaksi berjalan-defisit berarti negara membutuhkan uang asing untuk membiayai infrastruktur mulai dari jalan, pelabuhan, pembangkit listrik dan lain lain. Menurut pengamat ekonomi indonesia asalkan Indonesia tak mendorong investor asing pergi, dan dapat mempertahankan investasi tanpa menurunkan nilai mata uang. Bahkan mungkin memikat modal asing ke obligasi berdenominasi rupiah, saham dan investasi langsung kita optimis ekonomi indonesia akan tetap stabil.
Jika para politisi betul-betul ingin memperbaiki neraca ekonomi indonesia, mereka juga mesti melihat keuangan pemerintah sendiri, dan subsidi pada khususnya. Jumlah pemerintah menghabiskan pada subsidi pemakaian bahan bakar lebih dari yang kita harapkan sehingga defisit anggaran untuk tahun ini berkemungkinan bisa berlangsung. Pemotongan subsidi dan merasakan defisit anggaran lebih kecil akan menambah tabungan negara, sehingga membikin ruang untuk investasi domestik yang lebih tinggi. Memang harga bensin lebih tinggi sesudah subsidi dihapuskan juga akan mengurangi impor minyak. Hal inilah salah satu cara untuk mempertahankan keadaan ekonomi indonesia supaya lebih stabil.

0 komentar: