Monday, December 15, 2014

Astra Raup Laba Rp. 8,8 Triliun Pada Semester I Tahun 2013


Anak perusahaan PT. Astra International, Tbk dan PT. Astra International, Tbk sendiri mendapatkan laba resik diangka Rp. 8,8 triliun saat semester I-2013. Laba PT. Astra International, Tbk turun 9% dari penghasilan semester I-2012 yang saat itu terletak di angka Rp.9,7 triliun. Laba bersih di setiap saham turun 9 persen menjadi Rp. 218 per saham. PT. Astra International, Tbk dan anak perusahaannya memberi info bahwasanya adanya sedikit penurunan kinerja sepanjang semester I-2013 diperbandingkan semester I-2012.

Melalui peluncurannya disebut bahwasanya penghasilan bersih Astra saat ini selama 6 bulan di tahun 2013 adalah Rp 94,3 triliun. Pendapatan bersih ini merasakan penurunan 2 persen dibanding periode 2012 yang mencapai Rp 95,9 triliun.

Menurut Presiden Direktur PT. Astra International, Tbk, Prijono Sugiarto, ada sejumlah factor yang diperkirakan masihlah akan memengaruhi kinerja usaha pada semester II tahun 2013.

Factor yang dimaksud adalah pusingkatan kompetisi pada market mobil, kenaikan biaya tenaga kerja, dan menurunnya harga komoditi. Adapun prospek request domestik sendiri tetap tumbuh.

Ada enam lini bisnis inti yang menjadi fokus aktivitas Grup Astra, yakni divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agrobisnis, infrastruktur dan logistik, serta tekhnologi info.

Prijono Sugiarto seorang presiden direktur PT. Astra International, Tbk, “banyak factor yang akan memdampaki kinerja pada semester II tahun 2013. Factor Yang dimaksud tersebut adalah pusingkatan kompetisi pada market mobil, kenaikan biaya tenaga kerja.”

Tidak cuma merasakan penurunan tetapi ada dua divisi yang merasakan kenaikan laba bersih, kedua divisi tersebut adalah divisi jasa keuangan yang naik 19 persen menjadi Rp. 2,1 triliun dan divisi tekhnologi info yang bertambah 2 persen ke angka Rp. 55 miliar. Untuk Divisi alat berat dan pertambangan laba bersihnya turun 24 persen ke angka Rp. 1,4 triliun. Laba bersih divisi agrobisnis turun 25 persen menjadi Rp. 571 miliar.

Peningkatan penghasilan masyarakat dan masihlah terjangkaunya tingkat suku bunga mendukung tetap tingginya request kendaraan bermotor. Penurunan laba bersih segmen otomotif diakibatkan meningkatnya persaingan akibat pusingkatan kapasitas produksi domestik dan tingginya biaya tenaga kerja.

Produk irit energi milik Astra Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla atau yang disebut Low Cost Green carakan diluncurkan pada bulan Agustus tahun ini dengan rata rata produksi 10.000 unit per bulan.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menghendaki pemerintah untuk memperbaiki perihal regulasi perihal mobil irit energi dan ramah lingkungan.

Memang benar kebijakan perihal mobil irit dan ramah lingkungan bisa diterima jikalau sistem transportasi di kota besar sudah maju. Tetetapi regulasi mobil irit ini saat ini tak pas waktu dikarenakan jeleknya prasarana transportasi umum di Indonesia.





0 komentar: