Sunday, December 14, 2014

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Kembali Melemah


Nilai Tukar Rupiah ke Dollar saat ini menjadi sorotan bagi masyarakat dan para pakar ekonomi. Kelemahan nilai tukar rupiah pada dolar Amerika Serikat dinilai saat ini dapat menahan laju perkembangan ekonomi nasional, hal ini dikarenakan tingginya ongkos yang perlu dikeluarkan untuk kepentingan impor bahan mentah mendekati bulan Ramadhan.

Beberapa orang di Ekonomi Asia Pasifik Economic & Market Analysis, City Research Helmi Arman di dalam penelitiannya yang dipublikasikan pada hari ini, selasa (30/7/2013) menerangkan bahwasanya meningkatnya Cost dari impor dapat beresiko negatif pada perkembangan ekonomi dewasa ini.

Perihal ini dikarenakan sejumlah besar bahan baku untuk rata - rata industri di Indonesia dipenuhi dari impor, layaknya halnya seperti bahan bakar serta bahan industri non-bahan bakar.

Salah satu efek dari perlemahan rupiah yakni makin ketatnya peraturan kartu kredit. seperti yang telah diketahui, perkembangan kredit akan tunjukan perlambatan ekonomi, menyusul berlangsungya kontraksi. Disamping itu, inflasi serta nilai Rupiah yang meraih titik rbuntut tertingginya, hal ini dapat memaksa bank untuk mengurangi penyaluran kartu kredit.

Beberapa media juga menyorot permasalahan ini. Salah satu permasalahan ini juga adalah dari utang valas.

“Utang valas oleh sejumlah korporasi sekarang ini juga menjadi sorotan yang diakibatkan pelemahan rupiah, walau dari kajian yang kita kerjakan perihal itu tak berlangsung hingga pada level yang mengancam,” ungkapnya

Untuk pelaku sektor riil, pelemahan rupiah akan menghimpit margin di sektor manufaktur. Menurut data BPS 2011, City Research mengidentifikasi bahwasanya kinerja sektor tersebut cukup rawan pada pelemahan nilai tukar. Perihal ini lantaran manufaktur sangatlah bergantung pada impor bahan baku oleh eksportir, serta market ekspor yang saat ini bisa dibilang rendah.

Pasar ekspor yang saat didominasi sebahagian industri yang terhitung dalam kelompok ini adalah kendaraan baja, bahan kimia, dan obat-obatan manufaktur. Akan tetapi ada juga industri yang mempunyai impor rendah atau biasa disebut lob impor content, tetapi sejumlah ekspor yang besar dapat mendapat laba dari melemahnya mata uang, seperti minyak kelapa sawit, kertas, dan manufaktur furnitur.

0 komentar: