Bulan Ramadhan memanglah bulan penuh berkah. Di negara dengan jumlah pemeluk agama Islam paling besar di dunia, mau tak mau bulan Ramadhan akan membentuk budaya tersendiri yang melekat dan berlangsung cuma di Indonesia dan jarang kita temui di negeri lain. bersama adanya bulan Ramadhan, orang memahami bila semakin banyak beramal baik di bulan ini, semakin besar pahalanya. Kadang untuk sejumlah orang bulan Ramadhan dijadikan sebagai aji mumpung untuk menebus kelalaian yang telah dilaksanakan dalam keseharian.
bersama adanya keadaan ini, akhirnya terciptalah satu potensi yang tentu saja difaedahkan oleh sejumlah lapisan masyarakat, terutama sekali para peminta-minta. Disejumlah masjid sudah bukan hal yang aneh lagi bila kita lihat pengemis-pengemis berkumpul untuk meminta sedekah dari para penduduk yang menghabiskan saatnya di masjid. Oleh karenanya tak heran bila banyak pula tercipta pengemis musiman yang mencoba peruntungan pada bulan Ramadhan.
Keuntungan yang didapatkan para pengemis ini pada bulan Ramadhan kabarnya meningkat sampai 2 kali lipat. Dari sumber detik.kom diketahui bila pemasukan para pengemis di Istiqlal contohnya bisa mendapatkan Rp. 100 ribu rupiah sehari! satu angka yang fantastik bukan? Belum lagi setiap masjid saat ini kebanyakan menyediakan menu buka puasa dan sahur. bersama adanya makan pagi dan sore yang gratis, mau tak mau tingkat ekonomi para pengemis yang ikut mefaedahkan moment ini juga semakin baik.
Disisi lainnya, selain dari pengemis musiman yang membludak, juga di Indonesia akan banyak kita temui para trader dadakan yang mefaedahkan potensi yang ada. Tentu saja tak lain adalah para trader yang menjual makanan untuk buka puasa. Sering kita temui market-market dadakan yang tumpah ruah ke pinggir jalan. Dan sepertinya penduduk pun cukup maklum dan tak protest atas kejadian yang tejadi musiman ini.
Fenomena trader dadakan ini bukan berlangsung di Jakarta saja. misal saja di Bandung di mana pada hari normal jumlah PKL yang terdata adalah 7000an orang. Pada saat bulan puasa akan meningkat dua kali lipatnya sehingga menjadi sekitar 14.000an orang! Di daerah solo juga demikian, lonjakan para trader kaki lima juga berlangsung dan tentu sajanya berusaha untuk diawasi dengan ketat oleh para petugas satpol disana supaya lalulintas tetap tertib.
Para peraup rejeki musiman tersebut sangatlah gampang kita lihat dan bisa kita bedakan dengan para peraup rejeki yang sudah biasa melaksanakannya sehari-hari. Mereka memanglah cuma muncul pada saat bulan Ramadhan tiba. Bahkan tak heran pula bila mereka yang tiba tak mempunyai ktp setempat. Meskipun demikian, dikarenakan pera peraup rejeki ini memahami bila mereka menggantungkan harap pada keadaan setempat, mereka biasanya mau untuk ditertibkan supaya suasana tetap teratur dan rapih. Para petugas ketertiban juga tau sama tau bila moment ini berlangsung saat ini saja, sehingga mereka pun tak terlalu keras menindak dan mengarahkan dengan sebaik-baiknya supaya suasana tertib.
Banyak lagi aspek ekonomi yang lain yang berlangsung selama bulan Ramadhan ini. Selain para trader makanan untuk buka puasa, yang tak kalah unik adalah timbulnya para trader baju mengingat penduduk muslim akan berusaha mempergunakan baju yang paling baik ketika lebaran tiba. Moment inipun difaedahkan dengan baik oleh para trader. Jangan heran bila di pinggir-pinggir jalan ada mobil-mobil suv yang membuka bagasi belakangnya dan menawarkan dagangan-dagangan mereka. Yup, mereka pada trader penuh gaya dengna membawa mobil sebagai sarana jualannya.
Dan yang paling akhir adalah fenomena mudik. Mudik lebaran mungkin cuma berlangsung di Indonesia, di mana jutaan orang berpindah dari satu kota besar menuju daerah-daerah lain diluar kota tersebut. Berapa triliun uang berpindah dari kota tersebar ke daerah-daerah dalam waktu singkat ini? Sunggu suatu pemerataan ekonomi yang cukup cepat dan hebat bukan? Para pekerja dari kota ini kembali ke daerah sendiri-sendiri dengan membawa hasil tabungannya selama ini. Di daerahnya, mereka membagi-bagikan uang untuk anak-anak saudaranya dan juga berbelanja kebutuhan lebaran untuk rumahnya sendiri. Para penukar uang di terminal-terminal dengan jeli bisa melihat potensi ini dan mereka menawarkan untuk menukar uang yang bernilai nominal besar dengan uang lembaran pecahan-pecahan kecil yang masihlah baru.
Bank Indonesia pun tahu akan adanya event musiman ini. misalnya di daerah NTB-Bali saja BI menyediakan paling tak sekitar 5.45 triliun uang pecahan. Di Malang sekitar 4 triliun, belum lagi daerah-daerah lain yang tak terekspos media. Warga berburu pecahan mulai dari Rp. 2000, Rp. 5.000 dan pecahan-pecahan lainnnya. Di Monas sendiri 12 bank akan membuka tempat penukaran uang yang melayani animo masyarakat menukar uang dari tanggal 10 Juli sampai 2 Agustus 2013. BI juga menggandeng PTKA untuk menyediakan layanan penukaran uang di stasiun-stasiun kereta api sehingga masyarakat diberikan akses seluas-luasnya untuk bisa menukarkan uangnya.
Bulan Ramadhan memanglah bulan penuh rahamat dan rejeki. Tidak cuma untuk para peraup rejeki di kota, juga bagi anak-anak Indonesia di desa-desa. Sebuah budaya yang tanpa terasa telah mengakar di negeri ini dan ditunggu-tunggu oleh para peraup rejeki musiman.(nm)
Referensi:
/search?q=
http://www.klik-galamedia.com/pkl-musiman-tak-terbendung
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/ramadan/ramadan_detail/2013/07/10/54481/PKL-Musiman-Menjamur-di-Solo-

0 komentar: