Tuesday, December 2, 2014

Dilema Daging Sapi Indonesia


Seperti yang telah kita ketahui di media-media Indonesia, harga daging sapi di berbagai macam daerah merangkak naik. Pemerintah telah melaksanakan sejumlah kali rapat namun harga sepertinya tak goyah juga. Semua rakyat berharap jika harga daging bisa segera turun kembali. Solusi dari pemerintah untuk mentibakan daging import dari luar untuk menurunkan harga dianggap solusi yang paling baik.

Penolakan Para Pedagang Sapi
Daging sapi beku import saat ini baru masuk ke tanah air sejumlah 16 ton dari total 800 ton yang tiba via udara, dan kita harapkan sejumlah 2.200 ton lainnya akan tiba melalui jalur laut pada sejumlah hari selanjutnya. Namun nyatanya kenyataan di lapangan tidaklah sama dengan yang kita harapkan oleh pemerintah. Para trader menolak menjual daging beku ini karena menurut mereka, daging import ini akan merusak harga market. 

Tentu saja hal ini berperihalan dengan misi Bulog yang memanglah diberikan mandat oleh pemerintah untuk menurunkan harga. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang sebelumnya merasa optimis daging sapi akan diterima oleh market, mengaku cukup kaget dengan reaksi tersebut. Dan beliau mengatakankan bila Bulog akan terus berusaha mencari market-market yang lain mau bekerja sama.

Alasan dari para trader sapi pun berubah-rubah. Dari mulai daging sapi beku itu susah untuk mereka simpan mengingat daging sapi beku akan gampang leleh dan rusak bila terkena udara langsung, juga menurut mereka mutu daging sapi itu kurang baik. Menurut mereka daging sapi beku tersebut mempunyai lemak yang lebih banyak dibanding daging sapi yang mereka miliki. Para trader sapi mengaku bila mereka telah membeli daging-daging dengan harga yang mahal untuk dijual, ketika daging-daging import ini masuk ke market, bagaimana dengan nasib daging mereka yang mahal?

Lain alasan trader, lain pula alasan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI). Mereka juga beralasan bila penjualan itu tak dikonsultasikan dulu dengan mereka. Bulog melaksanakan operasi market sendiri dengan mempergunakan nama Bulogmart. Tentu saja gebrakan dari bulog ini akan merugikan para trader. Semestinya menurut mereka, Bulog menjual daging tersebut dengan bekerja sama dengan mereka.

Tentu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah ini kontradiksi dengan apa yang kita harapkan trader daging sapi yang notabene ingin mendapatkan laba sebesar-besarnya. Dan rupanya penolakan ini juga muncul di daerah di mana disejumlah daerah, trader melaksanakan demo terhadap operasi yang dilaksanakan pemda setempat.

Kebutuhan Rakyat Mendesak
Berlainan dengan para trader yang dilapangan secara terang-terangan menunjukan ketak sesasarannya terhadap daging murah yang disebar oleh pemerintah, rakyat sebagaimana layaknya konsumen justru mengharapkan daging sapi ini harganya turun kembali. Banyak dari penduduk sejumlah hari ini akhirnya mengalihkan konsumsi mereka dari daging sapi ke ikan karena tingginya harga daging sapi yang menembus harga Rp. 100.000. Tingginya harga daging sapi ini juga terasa di daerah-daerah, bahkan di Cirebon harga daging sapi mencapai Rp. 110.000!.

Pemprov DKI Jakarta melalui event UMKM Expo di taman IRTI Monas melempar daging bersubsidi dengan harga Rp. 80.000 dan tanpa dapat dikira, daging sapi ini langsung habis diserbu oleh masyarakat cuma dalam satu jam! Dari fakta yang ada tampak bila memanglah kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi murah itu sangatlah tinggi dan berperihalan tentu sajanya dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan oleh para trader di atas.

Masyarakat yang membutuhkan daging sapi ini rupanya berasal dari berbagai macam lapisan. Bukan cuma penduduk miskin saja yang berharap akan daging sapi murah. Dari media-media kembali tampak bagaimana ahok dan sejumlah penduduk miskin merasa kesal karena rupanya daging sapi murah hasil dari operasi market rupanya banyak di borong oleh penduduk-penduduk yang mampu sehingga rakyat kecil sendiri tak kebagian.

Mendapatkan laba yang besar terutama sekali di waktu yang cuma berlangsung sekali dalam setahun tentu saja harapan dari semua trader. Namun seyogyanya, trader pun juga mesti memperhatikanlah kebutuhan rakyat yang saat ini membutuhkan. Memang benar alasan dari para trader bila tugas pemerintah yang mesti bisa menekan harga daging sapi distributor lokal supaya para trader bisa menjual murah. Namun tentu sajanya saling lempar kesalahan ini pada akhirnya cuma akan mengorbankan kepentingan orang banyak.

Seiring dengan tibanya 3000 ton daging sapi beku ke Indonesia ini, banyak orang berharap daging ini selain menguntungkan konsumen di Indonesia juga tak merugikan trader setempat. Tentunya perlu sinergi yang pas antara APPSI dan pemerintah sehingga masalah daging sapi ini tak menjadi permasalahan yang berkepanjangan. Kita tunggu saja bagaimana isu daging sapi ini bergulir kedepan. (nm)

Sumber: dari berbagai macam sumber

0 komentar: